abu (14/11), pendakian puncak lawu
yang kedua kali ini ku lakukan dalam suasana malam tahun baru Islam tepatnya
malam 1 suro, yang pada saat itu juga banyak para pendaki dari berbagai daerah
melakukan pendakian. Aku yang ditemani tiga orang teman dari sekolahku sendiri
(SMAN 1 Ngawi) ada dua orang (Mulana Arga dan Devid Yokki) dan satunya dari SMA
PGRI 1 Ngawi yaitu Nafi. Kami berangkat setelah Ashar sekitar pukul 16.00 WIB
dari SMAN 1 Ngawi dengan naik sepeda motor. Sekitar dua jam kami melakukan
perjalanan sampai ke cemoro sewu tepatnya di Kab. Magetan. Di perjalanan Kami
disuguhkan pemandangan yang menajubkan, namun ada sedikit masalah dalam
perjalanan Kami yaitu motor yang saya tumpangi (Yamaha Crypton) terjadi gas yang
tidak stabil sehingga menyebabkan Kami berjalan lambat. Setelah sampai di
Cemoro Sewu sekitar jam 18.00 WIB Kami istirahat beberapa menit, aku pun
menyelidiki kerusakan motorku di bantu dengan Maulana dan ternyata ada kerusakan
pada Busi kendaraan lalu segera Kami lakukan perbaikan, dengan berharap besuk dapat
pulang dengan lancar.
Mushola Cemoro Sewu
Nafi,roro,kak Muzi, Kak Yusak, Kak Radit, Devid
Sebelum melakukan pendakian Kami
menjalankan Ibadah Sholat maghrib di Mushola dekat Cemoro Sewu dan ternyata
disini Kami bertemu dengan kakak-kakak alumni SMASA beserta beberapa temannya
(Kak Radit, Kak Muzi, Kak Yusak, Verika, Roro, dan Aan) merekapun ikut
bergabung dalam kelompok Kami, Kami menamakan diri Kami “NGAWI RAMAH” karena
kami semua dari Kabupaten Ngawi, usul dari Kak Radit, terlihat beberapa teman
Kami kedinginan yaitu Nafi yang berpakaian Biru. :D. Setelah selesai packing tepat pukul 19.16 WIB Kami
berangkat dari Cemoro Sewu dengan penuh semangat. Di pintu Cemoro Sewu Kami
berhenti sejenak untuk membayar Retribusi sebesar Rp. 7500,- @. Semua sudah
siap, Kami pun melanjutkan perjalanan menuju puncak.
Pos Cemoro Sewu
Di
awal perjalanan Kami melihat di kanan kiri Kami ramai sekali pendaki
berlalu-lalang mungkin karena malam suro, tak ketinggalan Kami juga melihat di
sekitar banyak tenda-tenda berdiri slah satunya ada juga tenda tim SAR (search
and rescue). Langkah demi langkah kami ayunkan meskipun terasa berat karna
banyak tanjakan yang hasus Kami lewati namun karena Kami lakukan bersama-sama
dengan suasana yang bersahabat sehingga memberikan semangat bagi kami semua.
Perjalanan semakin gelap dan dingin karena waktu semakin malam dan semakin
tinggi daerah yang kita lalui. Dalam perjalanan tak lupa Kami menyorakkan
yel-yel Kami “NGAWI RAMAH!!!” berkali kali tak ingin kalah pendaki lain pun
ikut menunjukkan yel-yel mereka, akhirnya pun seakan saling berbalas membuat
suasana menjadi sangat akrab meskipun banyak dari kami yang belum saling
mengenal satu sama lain. Di perjalanan ini kami serasa tak patah semangat
meskipun terkadang banyak rintangan yang harus kami hadapi. Tak jarang Kami pun
juga meraskan lelah dan dingin, seketika itu Kami memutuskan untuk beristirahat
sejenak. Tak lama kami melihat beberapa orang turun, mereka seperti membawa
obor untuk penerangan namun ternyata mereka hanya membawa kayu yang pada
ujungnya diikatkan sarung tangan mereka dengan sedikit bahan bakar mereka
menyulutkannya sehingga terlihat seperti obor, mungkin terlihat aneh tapi ini
benar-benar unik. Heheh
Penjual Makanan
Waktu
menunjukan pukul 21.00 WIB kami melanjutkan perjalanan sampai di pos 3 sempat
kami terhenti sejenak tercengang karena ada beberapa orang yang mebawa bawaan
berat setelah saya bertanya, ternyata mereka membawa bahan-bahan makanan
seperti beras dan sebagainya, mereka ialah penjual makanan di puncak katanya.
“nuwun sewu, buk. Jenengan napa mboten, sayah*?. Mbeto ngoteniku” aku bertanya
sambil menunjuk bawaanya, “jane kesel le, nanging neg wis kulina yo rasane
biasa” jawab Ibuk penjual makanan tadi. Mereka sangat hebat, aku kagum dan
seakan hampir tak percaya ternyata kehidupanku begitu terlihat berbeda ketika
ku bandingkan dengan mereka yang hidup setiap harinya dijalani penuh
dengan kerja keras demi mendapat sesuap nasi. Terlintas sejenak di benakku,
teringat akan orangtuaku di rumah, betapa bersyukurnya kami dapat hidup dengan
serba mudah dan berkecukupan berbeda jauh dengan mereka yang menggantungkan
hidupnya berjualan di Gunung Lawu. Alhamdullilah ku ucapkan bersyukur kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa.
Lawu
Cahaya
matahari mulai terlihat dari ufuk timur, Kami pun mulai bersemangat lagi menuju
puncak Gunung Lawu. Tinggal beberapa tanjakan lagi kami sampai pada Puncak.
Sebelum sampai Puncak tak lupa kami berfoto-foto karena di sekitar sini sinar
matahari nampak indah menyinari beberapa pepohonan dan juga bunga-bunga
edelwais terlihat bermekaran dimana-mana. Subhanallah, betapa Kuasanya Tuhan
menciptakan alam seisinya ini begitu indah. Kami tak ingin berlama-lama di sini akhirnya
pun meneruskan perjalanan. Sebelum sampai di puncak aku berhenti sejenak dan
melihat di sisi kiri saya.
Lawu
Lawu
Lawu
Lawu
Lawu
Lawu
Lawu
Lawu
Lawu
Lawu
Lawu
goa Lawu
Terlihat di
sana agak jauh terdapat Gua. Gua tersebut tidak terlihat begitu jelas namun
sempat saya mengambil gambarnya, nampak sebuah lubang cukup besar terdapat di
sela tebing yang berdiri tegak. Mesikpun ada jalan setapak menuju gua tersebut
namun Kami tidak hendak menuju kesana karana entah mengapa agak terasa takut.
Mungkin karena tempatnya misterius dan jalanya lumayan jauh disilain pun kami
harus segera melanjutkan perjalanan agar nanti tidak terlalu sore dalam
perjalanan pulang. Setelah beberapa menit kami berjalan sampailah pada salah
satu situs di Gunung Lawu yang konon dikeramatkan oleh banyak orang, yaitu
situs Sendang Derajat .
Sendang Derajat adalah sebuah sumber mata air yang terdapat di dekat puncak
sendang derajat Lawu
gunung lawu.
Situs ini merupakan salah satu tempat yang wajib dikunjungi oleh para pendaki. Di
dekat sendang ini terdapat makam seseorang yang dianggap keramat oleh para
pendaki dan sering dijadikan tempat mencari Wangsit* kata orang jawa. Di sendang
derajat terdapat sumber air jernih yang
konon jika kita meminumnya sambil berdoa, permintaan dan doa tersebut akan
dikabulkan. Mungkin karena di tempat ini masih suci dan hanya orang-orang yang
tertentu yang bisa sampai pada tempat ini. Sendang derajat ini diambil dari
kata Sendang yang berarti mata air,
dan Derajat yang artinya pangkat atau
derajat, yang diharapkan orang yang minum dan berdo di sini dapat menjadi
seorang yang berpangkat tinggi dan derajatnya tinggi di mata Tuhan. Sayangnya
sumber air di sendang tersebut pada saat itu sedang kering malah hanya ada
bunga-bunga dan dupa. Selain Sendang dan makam, di tempat ini juga terdapat
warung makan yang ramai pada hari-hari di bulan suro karena banyak pendaki
Gunung Lawu pada bulan Suro. Warung makan ini terlihat sederhana namun banyak
pengunjungnya dari yang hanya berkamp maupun yang hanya beristirahat sejenak.
Menu yang disajikan pun cukup lengkap yaitu nasi pecel minum-minuman hangat
serta beberapa camilan jajan. Serasa warung pada umumnya namun yang ini
terdapat di dekat Puncak Lawu.
Lawu
Lawu
Pukul
07.00 kami melanjutkan perjalanan lagi, menuju puncak. Tak beberapa lama
berjalan salah satu teman kami memutuskan untuk beristirahat dan sarapan pagi
sebentar. Kami lalu berhenti di dekat makam yang lain di dekat puncak lalu
mengeluarkan perbekalan kami. Dengan bantuan kayu dan paraffin seadanya kami memasak
air yang pertama kami jadikan minuman hangat dengan memberinya serbuk sachet
ANGET SARI+SPONTAN, menurut salah satu teman kami (Devid) dia berkata “ Rasane
seperti Katul*, eh tapi enak juga” sambil ketawa. Tak lupa kami juga memasak mi
kuah, mungkin tidak terlalu banyak tapi cukup buat kami semua. Sambil
beristirahat kami makan-makan, setelah makan beberapa teman kami memutuskan
untuk beristirhat, ternyata dia sudah pernah beberpa kali pergi ke puncak
sehingga dia tidak mengikuti kami dan menunggu di tempat tersebut, yang lainnya
pun meneruskan perjalanan ke puncak.
KIKI
Aku,
Maulana, dan Mas Yusak melanjutkan perjalanan menuju puncak, sebenarnya jalan
menuju puncak sudah dekat namun dengan rasa ingin tau aku mengjak mereka
berkeliling dahulu melihat situs-situs di dekat sebelum sampai puncak. Yang
pertama kami berhenti di sebuah rumah sederhanya. Di depan rumah tersebut
terdapat tulisan KIKI, setelah masuk pada teras rumah tersebut di sana ada
seorang yang keluar dan saya sempat bertanya-tanya insformasi. Ternyata rumah
itu milik bos Buku KIKI dan di tempat itu akan diadakan sebuah acara namun saya
tidak menanyakannya, yang jelas bosnya akan datang hari ini katanya.
Perjalanan lalu kami lanjutkan
menuju puncak dan lagi-lagi kami terhenti sejenak, kami berhenti pada sebuah
warung makan. Warung makan ini berbeda dengan yang sebelumnya ini merupakan
yang paling melegenda kata banyak orang. Ini Warung Mbok yem sempat juga
masuk TV kata temanku Devid. Karena warung ini telah berdiri sejak lama sampai-sampai hampir setiap
pendaki pasti tak mau ketinggalan mampir di warung ini. Namun sayang kami tak
bisa berlama-lama di sini. Sebenarnya kami ingin bertemu dengan pemilik warung
atau Mbok Yem sendiri tetapi Beliau masih kelihatan sibuk dengan
pelanggan-pelanggannya akhirnya kami lanjutkan perjalanan lagi menuju puncak.
Lawu
Sebenarnya
saya sendiri sudah yang kedua kali ini pergi ke puncak lawu, namun pada
pendakian pertama dengan keenam teman saya (Wirawan, Ucup, Rohman, Bayu,
Taufik, Andrey, dan saya sendiri) ini tidak begitu memuaskan bagi saya.
Pasalnya, kami hanya melakukan pendakian sampai puncaknya saja tanpa berkunjung
ke situs-situs penting yang ada di sekitar puncak. Selain itu dokumentasi pada
saat itu terjadi trouble atau
bermasalah karena setelah sampai di rumah data-data gambar yang telah kami
ambil semua tidak bisa dibuka mungkin filenya
rusak. Sehingga dengan pengalaman tersebut saya ingin kembali lagi ke tempat
ini dengan harapan mampu mendokumentasikan perjaanan kami dengan sebaik
baiknya. Puncak telah di depan mata, kedua teman saya pun tak sabar untuk
melihat dan mengambil gambar di sana. Tetapi langkah mereka masih saja ku
belokkan meskipun agak tidak setuju dengan saya akhirnya mereka ikut juga.
Tempat selanjutnya yang kami singgahi adalah sebuah rumah kosong, saya tidak
tahu banyak tentang tempat tersebut mungkin tempat itu hanya sebuah rumah
peristirahatan seseorang saja, tetapi Nampak cukup besar. Sayangnya temanku
tidak begitu tertarik akhirnya kami tinggalkan begitu saja.
Hargo Dalem
Waktu menunjukan sekitar pukul 09.00 WIB, tak terasa
sudah lama kami berkeliling. Padahal kami tadi telah berjanji akan kumpul lagi
ditempat yang telah dijanjikan teman-teman yang lain pukul 11.00 WIB tepat, tak
banyak cakap kami lanjutkan ke situs selanjutnya yaitu Hargo Dalem.
Tempat ini banyak disinggahi para pendaki untuk ritual atau sekedar ziarah,
untuk kami sendiri pada saat itu terlihat sedang diadakan sebuah ritual
penyembelihan kambing. Terlihat banyak orang berpakaian hitan-hitam yang
berlalu-lalang di tempat ini, dengan disusul aroma-aroma yang sangat menyengat
dari wangi-wangian bunga, dupa sampai kemenyan yang di bakar. Nampak tempat ini
merupakan tempat yang suci dan dikeramatkan oleh beberapa orang.
Pasar Gaib Lawu
Pasar Gaib
Setelah
dari Hargo Dalem kami melajutkan lagi ke situs yang terkhir kami kunjungi
sebelum menuju puncak lawu. Situs ini adalah Pasar Dieng atau sering disebut pasar gaib, ada
juga yang menyebutnya pasar setan. Di tempat ini sepintas dari kejauhan
terlihat tak ada yang special namun setelah kami dekati banyak terjadi
kejanggalan di sini. Salah satunya yaitu banyak batu-batu yang berceceran di
mana mana bahkan tak jarang kami menemukan sebuah batu-batu yang disusun rapi menjulang
ke atas, ada juga yang sampai terdapat batu tersangkut di atas ranting ranting
pohon. Menurut mitos yang beredar tempat ini merupakan pasar atau tempat
transaksi para makhluk gaib. Ada pula yang mempercayai apabila kita membawa
daun beberapa lembar kemudian kita taruh di sana dan meminta sesuatu barang
atau keinginan maka setelah kita sampai di rumah nanti akan mendapatkannya.
Tetapi kenyataannya di tempat ini malah banyak uang berceceran baik uang kertas
maupun uang logam. “kenapa ya?” Tanya saya dalam hati. Salah satu temanku
hendak mengambil namun saya cegah dengan alasan uang tersebut kan bukan milik
kita.
Lawu
Akhirnya
sampai puncak setelah puas dengan mengunjungi situs-situs di dekatnya. Tiba
juga kami di tujuan utama dalam pendakian ini yaitu Puncak Gunung Lawu atau
disebut juga Hargo Dumilah. Ditempat ini terdapat sebuah tugu yang tidak
terlalu tinggi namun merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan puncak-puncak
lainnya dalam gunung lawu. Di tugu tersebut bertuliskan 3265 Dpl, KIKI,
serta terdapat logo baret merah kemungkinan lambang KOPASUS. Di tenpat
ini banyak para pendaki mengambil gambar maupun merekamnya dalam bentuk
dokumentasi film, namun ada juga yang hanya sekedar bersenbahyang dengan
membawa dupa dan kembang serta sajen*. Kami
pun tanpa banyak basa basi langsung ambil gambar di sini meskipun objek tugunya
ramai sehinggan kami harus rela mengantri dengan yang lainnya yang juga ingin
mengambil gambar dengan background Puncak
lawu. Setelah beberapa menit menuggu akhurnya kami dapat juga kesempatan
mengambil gambar di Puncak Gunung lawu. Tak terasa waktu berjalan begitu ceoat,
jam telah menunjukan pukul 10.30 WIB. Kami harus segera kembali menuju tempat
perjanjian yang telah ditentukan tadi. Akhirnya pun kami bergegas meniggalkan
puncak dan menuju tempat yang telah ditunggu teman-teman kami yang lain.
cemoro kandang
cemoro kandang
Tepat
hampir pukul 11.00 WIB kami telah bertemu dengan teman-teman kami yang lainnya.
Dengan istirahat sebentar, akhirnya kami melanjutkan perjalanan turun menuju Cemoro
Kandang. Perjalanan tak begitu sulit dengan lintasan-lintasan yang tak
terlalu curam seperti pada jalur Ceomoro Sewu sebelumnya. Namun kali ini jarak
yang ditempuh lebih jauh dari pada jalur Cemoro sewu. Bebrapa pos kami lewati,
di perjalanan pulang ini saya mengalami sedikit kendala yaitu badan saya agak
lemas dan kepala saya terasa pusing, mungkin
karena lapar. Akhirnya beberapa dari kami ada yang berpencar, ada yang
memilih jalan yang datar tapi jauh ada juga yang memilih potong jalur atau
disebut jalur Potong Compas. Sehingga
yang tersisa menemaniku dalam perjalanan menuju pos selanjutnya yaitu pos 2
(taman sari atas) hanya dua orang yaitu Devid Yokki dan Maulana Arga. Dengan
langkah yang tidak telalu cepat akhirnya kami sampai juga pada pos 2 (taman
sari atas) di sini nampak beberapa pohon hangus seperti habis terkena kebakaran
hutan, jadi terkesan Gothic kata salah
satu temanku. Kami berhenti sejenak untuk mengatur nafas karena di jalur-jalur
menuju pos 2 (taman sari atas) ini sering tercium bau dari Belerang atau
Sulfur. Dan ternyata tepat di samping timur pos ini terdapat kawah yang
mengeluarkan asap putih dan tercium bau belerang yang sangat menyengat seperti
bau Kentut :D , rasa capek agak
berkurag setelah istirahat sebentar tadi, kami memutuskan untuk lanjut menuju
pos 1 (taman sari bawah). Setelah perjalanan sekitar satu jam kami tiba di pos
1 (taman sari bawah). Kami tidak begitu beruntung karena pada saat itu
tiba-tiba hujan turun sangat deras akhirnya kami memutuskan untuk berhenti
sejenak dan melaksanakan sholat Ashar.
cemoro kandang
Setelah
hujan mereda, kabut pun mulai nampak pekat sehingga mengurangi jarak pandang kami.
Dengan hati-hati kami berjalan menuju Pos Cemoro Kandang, meskipun kabut yang
pekat serta jalan yang licin kami tetap takkan menyerah dan ingin segera
pulang. Sempat beberapa kali kami terpeleset, di tengah perjalanan kami bertemu
dengan seorang bapak-bapak sekitar umur 40 tahun. Dia meminta kami untuk
menemani perjalanannya sampai pos Cemoro Kandang. Sekitar satu jam berjalan
dari pos 1 (taman sari bawah) akhirnya sampai juga kami di Comoro Kandang. Tanpa istirahat kami
langsung melewatinya begitu saja dan langsung turun ke jalan raya menuju Cemoro
Sewu yang tidak terlalu jauh dari situ. Setelah sampai di Cemoro Sewu Kami
langsung menuju penitipan Motor kami yang tidak jauh dari situ. Meskipun
keadaan masih agak gerimis dan berkabut kami memutuskan untuk langsung pulang
ke rumah masing-masing, Itulah sedikit cerita Semasa Muda KAMI yang bersekolah
di SMA N 1 Ngawi, dan kami banyak berterimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam melakukan pendakian ini. Untuk Ibu (TRI HERNANI) dan Bapak
saya (PUGUH SUSILO UTOMO) saya berterimakasih atas restu yang diberikan. Tak
lupa Kepada rekan (DEVID YOKKI dan MULANA ARGA RIDHO) yang setia menemani saya
dalam perjalanan ini. _14 Nov 2012_.GCU
No comments:
Post a Comment